Langsung ke konten utama

Marhuale Simbolon: Yang Dibahas Itu-Itu Saja, Orangnya pun Itu-Itu Juga

Pangururan, Batak Raya—Laksamana Pertama TNI (Purn.) Marhuale Simbolon, anggota Tim Bupati untuk Percepatan Pembangunan (TBPP) Kabupaten Samosir, takpeduli apa kata “netizen mahabenar” yang mengecam TBPP lewat media sosial. Yang penting baginya adalah bekerja dan berkinerja di dunia nyata, bukan membuang waktu dengan mabuk beropini di dunia maya.

Marhuale Simbolon diwawancarai Batak Raya di kantor TBPP. (Foto: Hayun Gultom)

Semenjak TBPP dibentuk oleh Bupati Samosir, Vandiko Gultom, kalangan warganet dan politikus sudah sering mengkritik keberadaan para staf khusus itu. Ada yang mempersoalkan besarnya gaji anggota TBPP Rp17 juta per bulan, padahal tugasnya “hanya memberi saran kepada bupati.” Ada yang mengkritik jumlah anggota TBPP yang awalnya hanya lima orang tetapi sekarang menjadi tujuh orang. Bahkan, minggu lalu Fraksi PDI Perjuangan mengecam TBPP secara khusus dalam lima halaman naskah yang dibacakan pada sidang paripurna DPRD Kabupaten Samosir. Sebelumnya, 23 Juli 2022, pengunjuk rasa di DPRD menuding Marhuale Simbolon “jenderal provokator”, dan menuntut supaya TBPP dibubarkan karena dianggap tidak bermanfaat.

Tentang semua kecaman tersebut, TBPP hanya bersikap masa bodoh, tidak peduli sama sekali, seperti yang dikatakan Marhuale Simbolon dalam wawancara dengan Batak Raya di kantor TBPP di gedung kantor bupati di Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatra Utara, 29 Juli 2022.

“Kalau terus-terusan berdebat di medsos, lalu kapan kerja?” katanya. Lagi pula, kritik yang dilontarkan netizen dalam grup-grup WhatsApp (WA) milik warga Samosir tersebut, katanya, “Yang dibahas itu-itu saja. Orangnya pun itu-itu juga.”

Maksud Marhuale adalah bahwa masalah yang dikritik netizen dalam grup WA hanyalah beberapa isu yang diulang-ulang. Para pengkritik itu pun jumlahnya beberapa puluh orang saja, atau hanya segelintir dari masyarakat Samosir. Oleh karena itu, TBPP memilih sikap diam, sama sekali tidak menanggapi kritik netizen. Bagi TBPP, berperang opini di media sosial tidak ada gunanya.

“Saya tahu ada yang mengatakan ‘bodoh sekali si Marhuale itu, pensiunan jenderal menjadi staf si Vandiko.’ Bahasa seperti ini sudah pasti karena didasari rasa benci, dengki. Enggak perlu ditanggapi. Justru kami [TBPP] bangga diberi ruang untuk mengimplementasikan gagasan-gagasan kami untuk turut serta membangun Samosir. Biarpun Vandiko Gultom masih muda, tetapi dia seorang visioner,” kata Marhuale.


Menurut pensiunan jenderal bintang satu TNI Angkatan Laut itu, selama bertahun-tahun konsep pembangunan Kabupaten Samosir hanya untuk membangun kelompok tertentu, bukan membangun masyarakat secara umum. Itulah, antara lain, yang akan diubah oleh TBPP.

Dia mencontohkan konsep pariwisata Samosir sebelum era Bupati Vandiko Gultom yang, katanya, “Tidak pernah komprehensif dari hulu sampai ke hilir. Selama ini hanya di hilir. Untuk mendatangkan turis, dibikin tortor, buat musik jaz. Apa itu?” Maka itu, katanya, peran TBPP ialah mengubahnya menjadi konsep pembangunan yang menyeluruh, cepat, dan tepat waktu.

Kata Marhuale Simbolon, karena mayoritas masyarakat Samosir mencari nafkah dengan bercocok tanam, TBPP pun memprioritaskan pembangunan menyeluruh pada bidang pertanian. Upaya tersebut dimulai dengan sirtuisasi, cara paling murah untuk membangun jalan desa dan akses jalan pertanian secara menyeluruh. Dengan sistem swakelola sirtuisasi, pembangunan jalan yang sedianya berbiaya Rp2,5 miliar bisa selesai hanya dengan biaya Rp250 juta. “Hanya dengan cara itu kita bisa membangun semua jalan desa dan jalan-jalan pertanian,” kata Marhuale, anggota TBPP yang membidangi pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Dalam hal pembangunan infrastruktur menyeluruh model sirtuisasi, TBPP berperan mencari lahan bergelombang yang perlu diratakan. Contohnya, TBPP baru saja bersepakat dengan warga di Kecamatan Palipi yang memiliki lahan berbukit berupa tanah dan bebatuan. Setelah nanti lahan diratakan, hasilnya berupa sirtu akan diberikan pemilik lahan secara gratis kepada Pemkab Samosir. Kemudian, sirtu inilah yang digunakan untuk membuka jalan desa dan jalan pertanian, serta memperbaiki jalan-jalan yang rusak. Pembangunan jalan dengan sirtu ini sama sekali tidak perlu memakai anggaran khusus dalam APBD Kabupaten Samosir, tetapi hanya memanfaatkan belanja rutin Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Samosir.

Selain itu, TBPP juga mencetuskan agar Pemkab Samosir melaksanakan pertanian dengan konsep ekstensifikasi, yakni perluasan lahan pertanian berkelanjutan, dan intensifikasi, yaitu peningkatan atau pengoptimalan lahan pertanian yang sudah ada. Konsep TBPP ini sudah disetujui Bupati Vandiko Gultom dan akan mulai dikerjakan tahun ini.

Pemkab Samosir pun sudah mengajukan proposal kepada Kementerian Pertanian untuk pembukaan kawasan pertanian terpadu seluas 2.850 hektare di Tele.

Teknologi pengairan pertanian juga akan dibangun di seluruh Samosir. Sistem pompa air akan dibangun di semua tepian pantai dengan ketinggian sampai 30 meter. Di tempat yang lebih tinggi, seperti Ronggurnihuta dan Nainggolan, Pemkab akan membangun embung raksasa.

Dengan demikian, persawahan yang berdekatan dengan Danau Toba tidak akan kekurangan air lagi. Contohnya, 50 hektare sawah di Rianiate dipastikan tidak kekurangan air pada tahun depan walaupun musim kemarau. Petani juga akan bisa mengerjakan sawahnya dengan dua kali panen per tahun.

“Jika petani sukses dan memiliki uang maka semua perekonomian akan berjalan dangan baik. Pedagang tidak akan mengeluh karena dagangannya tidak laku. Pengusaha jasa tidak akan mengeluh karena tidak ada yang menggunakan jasanya,” kata Marhuale Simbolon. ❑

Postingan populer dari blog ini

Belum Ada Judul

Belum genap tiga bulan Bintang Antonio Hasibuan bermagang reporter ketika Jarar Siahaan mengatakan kepadaku, “Dia akan jadi wartawan hebat. Potensinya luar biasa,” dan meminta saya lebih awal membuat kontrak kerja Bintang sebagai reporter dengan gaji Rp4,2 juta. “Kalau dia dan reporter lain konsisten menulis liputan yang menarik, mendalam, tidak terima amplop, tahun kedua aku akan minta perusahaan menaikkan gajinya jadi Rp6 juta,” kata Jarar. Dia juga pernah berkata langsung kepada Bintang, “Aku melihat kau seperti aku sedang becermin melihat diriku sendiri pada usia mudaku jadi reporter.” Kemudian, kepada seorang wartawan media lain yang pernah menyebut Bintang “sombong,” Jarar berkata, “Orang cerdas memang sering dianggap sombong [oleh orang bodoh].” Bintang Antonio Hasibuan, salah satu wartawan Batam yang ditempa oleh Jarar Siahaan, konsultan redaksi Batak Raya. (Foto: arsip pribadi Bintang) Pada masa itu kami bertiga bekerja di sebuah media di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. S...

Sipalangnamora dan Datu Tambun

Riwayat Raja Sipalangnamora, nenek moyang marga Gultom, dan kisah salah satu putranya, Datu Tambun, pernah saya tulis bersama dengan wartawan Ramses Simanjuntak (almarhum) dalam dua artikel berjudul “Sipalangnamora dan Lima Kendi” serta “Sipalangnamora yang Kaya, Datu Tambun yang Sakti” dalam tabloid Pos Roha pada Juni 2015. Sebagian isi kedua tulisan itu diterbitkan ulang di Batak Raya seperti berikut. Keturunan Raja Sipalangnamora Gultom menziarahi pusara Sipalangnamora dan keempat putranya di Onanrunggu, Samosir, pada 2015, dan kemudian membangun kuburan leluhur mereka itu. (Foto: tabloid Pos Roha/reproduksi) Kata batak , dengan huruf b kecil, dalam ragam bahasa sastra memiliki makna ‘petualang’ atau ‘pengembara’, dan kata turunan membatak berarti ‘bertualang’ atau ‘mengembara’. Klan besar Gultom juga melanglang hingga beranak pinak di pelbagai wilayah, seperti halnya marga Batak Toba yang lain. [Baca juga: Miranda Gultom Bicara Marga, Gelar Sarjana, dan Suara Keras Orang Batak...

Miranda Gultom Bicara Marga, Gelar Sarjana, dan Suara Keras Orang Batak

Pangaribuan, Batak Raya—Miranda Swaray Goeltom, yang lebih dikenal dengan nama Miranda Gultom, 73 tahun, mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, bercerita tentang adanya orang Batak yang malu memakai marganya. Dia juga mengimbau generasi muda Batak agar bekerja menjadi petani, dan jangan semata-mata mengejar gelar kesarjanaan atau menjadi pejabat. Miranda Gultom (kiri) dan Bupati Samosir, Vandiko Gultom, dalam acara Punguan Raja Urang Pardosi di Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. (Foto: Raidon Gultom) Pesan itu disampaikan Miranda, perempuan Batak yang berhasil menjadi profesor ekonomi di Universitas Indonesia, ketika berpidato mewakili pihak boru dalam acara pelantikan pengurus Punguan Raja Urang Pardosi (Datu Tambun), sebuah organisasi marga Gultom, di Desa Parlombuan, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatra Utara, 29 Juli 2022. Sebelum berbicara tentang kedua topik tersebut, marga Batak dan gelar akademis, Miranda terlebih dahulu mengata...